Minggu, 02 Juni 2013

Whoever said money can't buy happiness didn't know where to shop


Saya sedang di resoran cepat saji McD ketika menulis ini. Posisi saya berada di depan wanita muda yang sepertinya seorang mahasiswa karena saya melihat makalah yang dipegangnya berlogokan universitas. Ketika mengangkat handphonenya saya melihat lambang buah apel di belakangnya.

Berada di kiri saya ada seorang pria paruh baya yang terus-terusan menatap laptopnya sedari tadi dengan (lagi-lagi) lambang buah apel di belakangnya.

Dan di kanan saya anak muda yang sedang mencharge handphonenya. Karena saya penasaran saya sampai curi-curi untuk melihatnya lebih dekat. Hmm lagi-lagi lambang buah apel itu.

Dan keadaan saya ini mengingatkan saya kepada novel karangan Alberthiene Endah yang berjudul Cewek Matre.

Saya menjadi teringat Lola, tokoh utama, yang bekerja di sebuah radio ternama di Jakarta sebagai humas. Yang tiap hari harus melihat barang-barang lux dan branded yang digunakan teman-teman sekantornya dan dari para public figure yang sering mampir ke radionya.

Keadaan tersebut membuat Lola tidak tenang sehingga akhirnya menuruti untuk tampil gaya. Biarpun gajinya minim.

Karena masih tak sanggup akhirnya Lola memanfaatkan fisiknya untuk menggaet pria-pria kaya dan memoroti uang mereka. Namun, pria-pria tersebut akhirnya sadar dan pergi. Lola tak habis akal, dia masih terus mencari korban berikutnya.

Pada suatu event bertemulah ia dengan Philip, seorang eksekutif muda yang bermasalah dengan istrinya. Dengan Philip, Lola sudah terang-terangan menunjukkan sikap matre berbeda dengan pria-pria sebelumnya yang masih main 'kucing-kucingan'.

Hal ini dimaklumi oleh Philip, dia menganggap ini suatu simbiosis mutualisme. Akhirnya Lola pun 'dipelihara' oleh Philip.

Hidup Lola pun berubah drastis dan ia merasa bahagia.

Tetapi kebahagian itu tidak berlangsung lama, ia akhirnya merasa harga dirinya diiinjak-injak.

Whoever said money can't buy happiness didn't know where to shop

Berbelanja, menghabiskan uang memang menyenangkan, membuat bahagia. Tapi kebahagiaan itu hanya sementara.

Menurut saya, Happiness comes from simplicity

Tidak ada komentar:

Posting Komentar