Perubahan yang pesat dalam bidang teknologi informasi telah merubah budaya sebagian besar masyarakat dunia, terutama yang tinggal di perkotaan. Masyarakat di seluruh dunia telah mampu melakukan transaksi ekonomi dan memperoleh informasi dalam waktu singkat berkat teknologi satelit dan komputer. Pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar mampu memperoleh kekuasaan melalui kekuatan militer dan pengaruh ekonomi. Bahkan perusahaan transnasional mampu menghasilkan budaya global melalui pasar komersil global.
Perubahan budaya lokal dan sosial akibat revolusi informasi ini tidak dapat dielakkan. Masyarakat perkotaan yang memiliki akses terhadap informasi merupakan kelompok masyarakat yang langsung terkena pengaruh budaya global. Akses informasi dapat diperoleh melalui media massa cetak maupun elektronik, internet, dan telepon. Masyarakat perkotaan dipengaruhi terutama melalui reproduksi yang dilakukan oleh media massa.
Dalam konteks Indonesia, masyarakat konsumen Indonesia mutakhir tumbuh beriringan dengan sejarah globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi yang ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan bergaya seperti shopping mall, industri waktu luang, industri mode atau fashion, industri kecantikan, industri kuliner, industri nasihat, industri gosip, kawasan huni mewah, apartemen, iklan barang-barang mewah dan merek asing, makanan instan , serta reproduksi dan transfer gaya hidup melalui iklan dan media televisi maupun cetak yang sudah sampai ke ruang-ruang kita yang paling pribadi. Hal ini terjadi di banyak masyarakat perkotaan Indonesia.
Perubahan budaya lokal dan sosial akibat revolusi informasi ini tidak dapat dielakkan. Masyarakat perkotaan yang memiliki akses terhadap informasi merupakan kelompok masyarakat yang langsung terkena pengaruh budaya global. Akses informasi dapat diperoleh melalui media massa cetak maupun elektronik, internet, dan telepon. Masyarakat perkotaan dipengaruhi terutama melalui reproduksi yang dilakukan oleh media massa.
Dalam konteks Indonesia, masyarakat konsumen Indonesia mutakhir tumbuh beriringan dengan sejarah globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi yang ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan bergaya seperti shopping mall, industri waktu luang, industri mode atau fashion, industri kecantikan, industri kuliner, industri nasihat, industri gosip, kawasan huni mewah, apartemen, iklan barang-barang mewah dan merek asing, makanan instan , serta reproduksi dan transfer gaya hidup melalui iklan dan media televisi maupun cetak yang sudah sampai ke ruang-ruang kita yang paling pribadi. Hal ini terjadi di banyak masyarakat perkotaan Indonesia.
Mengakibatkan masyarakat perkotaan melupakan budaya yang ada di sekitarnya,salah satu contohnya "BATIK" Batik merupakan seni budaya asli Indonesia yang di akui Dunia,Batik merupakan senibudaya turun temurun dari orang tua kita,yang sekarang sudah banyak di lupakan oleh anak muda sekarang. Dengan hampir hilangnya budaya batik di kalangan anak muda sekarang nyaris saja batik di akui oleh budaya tetangga negara kita atau malaysia. Batik di klaim sebagai budaya mereka yang sudah lama namaun arsip dunia mengatakan bahwa batik merupakan budaya asli Indonesia oleh karena itu batik mulai di lestarikan kembali,kenapa saat budaya kita hampir hilang baru kita mengklaim itu budaya kita apakah harus seperti untuk mengingatkan budaya-budaya kita.
Gambar di atas,Bukti dari batik merupakan budaya turun temurun dari mbah buyut kita. Maka oleh sebab itu kalau bukan kita siapa lagi melestarikan budaya kita. Mari mulai sekarang kita cintai dan lestarikan budaya sendiri dengan cara gunakan saja baju batik dalam satu hari selama seminggu.. Hanya saran sih. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar