“Bagi manusia, hidup itu juga
sebab-akibat, Ray. Bedanya, bagi manusia sebab-akibat itu membentuk peta dengan
ukuran raksasa. Kehidupanmu menyebabkan perubahan garis kehidupan orang lain,
kehidupan orang lain mengakibatkan perubahan garis kehidupan orang lainnya
lagi, kemudian entah pada siklus yang keberapa, kembali lagi ke garis
kehidupanmu.... Saling mempengaruhi, saling berinteraksi.... Sungguh kalau
kulukiskan peta itu maka ia bagai bola raksasa dengan benang jutaan warna yang
saling melilit, saling menjalin, lingkar-melingkar. Indah. Sungguh indah. Sama
sekali tidak rumit.”
― Tere Liye, Rembulan Tenggelam Di Wajahmu
Saya meminjam buku ini dari
perpustakaan kampus. Review dari salah seorang pembacalah yang membuat saya
langsung memutuskan meminjam buku ini, "memaknai kehilangan" (kalau
tidak salah, terus terang saya lupa :D hehe).
Bahasa yang disajikan penulis, Tere
Liye, tidak rumit atau njelimet jadi hanya perlu beberapa hari bagi saya untuk
menyelesaikannya. Namun, biar begitu pesan yang disampaikan penulis sangat
dalam sehingga membuat saya merenung dan membuat saya merenung semakin lama
setelah habis membacanya.
Diceritakan
ada seorang anak panti asuhan bernama Raihan yang selalu mengutuki hidupnya,
merasa dirinya sial semenjak lahir. Sial karena tidak mempunyai orang tua, sial
karena harus masuk panti asuhan terkutuk, dan berentet kesialan lainnya. Raihan
pun melihat kesialan orang lain, padahal orang tersebut sangatlah baik
menurutnya. Hal ini membuat Raihan bertanya: "Kenapa Tuhan sepertinya suka sekali merenggut
kebahagiaan orang-orang yang selalu berbuat baik?" dan mengapa orang yang berbuat jahat justru dipermudah
jalannya?! Ini membuat Raihan berpikir mengapa Ia harus berbuat baik, mengapa
Ia tidak menjadi orang yang jahat saja?!.
Selama hidupnya Raihan banyak
bertanya dan inti pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah
1. Apakah hidup ini adil?
2. Apakah cinta itu?
3. Apakah kaya adalah segalanya?
4. Apakah kita memiliki pilihan
dalam hidup?
5. Apakah makna kehilangan?
Kelima pertanyaan itu dijawab satu
per satu oleh seorang malaikat ketika raganya dalam kondisi kritis karena suatu
penyakit. Roh Raihan dibawa menelurusi masa lalunya, baik yang dia alami
ataupun tidak.
Dari perjalanan masa lalu itu
ternyata kejadian-kejadian yang dianggapnya sial ternyata tidak sembarangan
"langit" beri kepadanya tetapi karena akibat dari perlakuan Raihan
sendiri.
Langit hanya mengembalikannya
kembali, seperti hukum karma.
Perlakuan kita baik-buruk akan dibalas oleh
Tuhan walau itu hanya sedikit. Buku ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur
atas segalanya, karena segalanya telah diatur Yang Maha Kuasa dan tidak
mengutuki-Nya. Karena Tuhan tidak akan salah, Dia tidak tidur